Contoh Proposal Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia dalam
perkembangannya telah mengalami perubahan. Hal itu merupakan suatu kewajaran
karena pendidikan di Indonesia masih mencari
metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan budayanya. Pengelolaan
pendidikan yang ada di Indonesia menganut konsep demokratisasi sebagaimana
dituangkan dalam UU Sisdiknas 2003 Bab III tentang prinsip penyelenggaraan
pendidikan (pasal 4) disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa
(ayat 1). Karena pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat (ayat 3), serta
dengan memberdayakan semua komponen masyarakat, melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Pendidikan dalam arti luas adalah proses
yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan pada diri seseorang tiga aspek
dalam kehidupannya, yakni pandangan hidup, sikap, dan keterampilan hidup. Dalam
kehidupan seseorang harus mempunyai pandangan hidup yang jelas. Bagaimana
kehidupannya kelak, itu juga harus dipikirkan karena tanpa pandangan hidup yang
jelas seseorang juga tidak akan punya rencana kedepannya nanti bagaimana. Sikap
yang dimiliki seseorang mewakili kepribadian orang tersebut, apabila dalam
kehidupan sehari-hari dia mempunyai sikap yang baik maka orang-orang di
sekitarnya pun akan segan untuk berbuat yang tidak baik. Begitu pula dengan
keterampilan hidup,setiap manusia mampunyai kemampuan yang berbeda-beda yang
sebenarnya dapat dikembangkan bila dia mau.
Keterampilan yang dimiliki hendaknya
dapat digunakan nantinya sesuai dengan apa yang diharapkannya. Mungkin juga
ketrampilan itu pula yang nantinya membawa seseorang dalam keberhasilan, karena
kita tidak pernah tahu bagaimana nasibnya ke depan. Upaya untuk mengembangkan
ketiga aspek tersebut bisa dilaksanakan di sekolah, luar sekolah dan keluarga.
Kegiatan disekolah direncanakan dan dilaksanakan secara ketat dengan
prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan di luar sekolah, meski telah
memiliki rencana dan program namun pelaksanaannya relatif longgar dengan
berbagai pedoman yang lebih fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
lokal. Pendidikan dalam keluarga dilaksanakan secara informal tanpa tujuan yang
dirumuskan secara baku dan tertulis. Pendidikan yang dilakukan di keluarga
jangan disamakan dengan pendidikan di sekolah, karena bagaimanapun antara
sekolah dengan keluarga berbeda, karena dalam keluarga tidak ada tuntutan yang
mengharuskan anak belajar dengan keras hanya perlu pengarahan agar anak
mengerti.
Dengan mendasarkan pada konsep
pendidikan tersebut, maka sesungguhnya pendidikan merupakan pembudayaan (encultural), suatu proses untuk
mentasbihkan seseorang mampu hidup dalam suatu budaya tertentu. Konsekuensi
dari pernyataan ini, maka praktik pendidikan harus sesuai dengan budaya
masyarakat.
Oleh karena itu pendidikan
diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemampuan, dan
mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Semua itu
sangat perlu karena akan membawa anak didik dalam kehidupan yang keras. Kreativitas anak dalam berkarya juga jangan
dibatasi karena akan mematikan bakat anak yang ada di dalamnya. Pendidikan
diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung
bagi segenap warga masyarakat. Pembinaannya pun harus oleh semua guru. Semua
guru harus menjadi sosok teladan yang berwibawa bagi para siswanya. Bila guru saja tidak bisa memberi contoh yang
baik maka siapa yang akan dijadikan contoh oleh siswanya. Sosok yang yang
berwibawa dan bertanggung jawab akan membuat siswa menghormati gurunya.
Berbeda
dengan hal di atas yang akan diketengahkan dalam penelitian ini adalah kelompok
yang memiliki keterkaitan dalam kemajuan pendidikan di sekolah. Kelompok yang
dibicarakan adalah komite. Meski keberadaannya secara langsung tidak terlihat,
namun komite memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap kemajuan
sekolah. Sebab mereka berada di luar struktur sekolah namun memiliki hak dalam
memajukan sekolah lewat sistem kontrolnya.
Yadi
Haryadi sebagai salah satu tim penulis sebuah buku tentang Pemberdayaan Komite Sekolah[1]
menjelaskan bahwa dalam paradigma lama, hubungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat dipandang sebagai institusi yang terpisah-pisah. Pihak keluarga dan
masyarakat dipandang tabu untuk ikut campur tangan dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Apalagi sampai masuk ke wilayah kewenangan proesional
para guru. Dewasa ini, paradigma lama ini dalam batas-batas tertentu telah
ditinggalkan. Keluarga memiliki hak untuk mengetahui tentang apa saja yang
diajarkan oleh guru-guru mereka.
Dalam paradigma transisional, hubungan
keluarga dan sekolah sudah mulai terjalin, tetapi masyarakat belum melakukan
kontak dengan sekolah. Dalam paradigma baru (new paradigm), hubungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat harus terjalin secara sinergis untuk
meningkatkan mutu layanan pendidikan, termasuk untuk meningkatkan mutu hasil
belajar siswa di sekolah. Berdasarkan pada penjelasan di atas penulis tertarik
untuk meneliti ” Peran
Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SD Negeri 001 Sengatta
Utara Kecamatan Sengatta Utara Kabupaten
Kutai Timur.”
Penelitian
ini saya batasi pada peran komite dalam pandangan paradigma baru, yaitu
pihak-pihak sekitar lingkungan sekolah yang berasal dari keluarga peserta
didik, sekolah, dan masyarakat luas diberi wadah dalam memberikan aspirasinya
untuk memajukan pendidikan di sekolah yang mereka perhatikan dan mereka
pedulikan. Wadah tersebut diberi nama dengan istilah komite sekolah. Komite
sekolah ini yang akhirnya diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap
sekolah dalam hal moril ataupun materil.
B.
Definisi Operasional
Dalam rangka memahami judul penelitian
ini , sehingga tidak terjadi bias dalam memahaminya, maka dipandang perlu
didefinisikan secara operasional sebagai berikut:
1.
Peran Komite Sekolah
Komite sekolah adalah badan mandiri yang
mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan
efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra
sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. Nama badan disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan masing-masing pendidikan luar sekolah, dewan sekolah,
majelis sekolah, majelis madrasah, komite TK, atau nama lain yang disepakati.
BP3, komite sekolah dan atau majelis sekolah yang sudah ada dapat memperluas
fungsi, peran, dan keanggotaan sesuai dengan acuan.[2]
Komite Sekolah merupakan suatu badan
yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan
dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Badan ini bersifat
Mandiri, tidak mempunyai hubungan hirarkis dengan sekolah maupun lembaga
pemerintah lainnya.[3]
2.
Fungsi
komite sekolah
a. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna
mendukung peningkatan mutu pemerataan pendidikan.
b. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan.
c. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Komite sekolah dapat berfungsi dengan baik apabila
semua elemen-elemen sekolah yang sangat penting, yakni kepala sekolah,
pendidik, kurikulum, dan orang tua dapat bekerjasama dengan baik serta dapat
melakukan evaluasi kinerjanya secara berkala[4].
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Kinerja Komite Sekolah Dasar Negeri 001 Sengatta Utara Kecamatan Sengatta
Utara Kabupaten Kutai Timur?
2. Bagaimanakah peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah
di SDN 001 Sengatta Utara?
3. Kendala dan solusi apa yang diambil komite dalam meningkatkan mutu
sekolah di SDN 001 Sangatta Utara?
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan penelitian ini adalah
menemukan makna dari deskripsi tentang:
a.
Kinerja
Komite Sekolah Dasar Negeri 001 Sengatta
Utara, Kecamatan Sangatta Utara,
Kabupaten Kutai timur.
b.
Peran
komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam di SDN 001 Sangatta
Utara.
c.
Solusi
yang diambil untuk mengatasi kendala yang dihadapi komite sekolah di SDN 001
Sangatta Utara.
2.
Manfaat Peneltian
a. Manfaat
Teoritis
Manfaat yang diperoleh dari penelitian
ini adalah semakin meningkatnya kualitas pengelolaan sekolah yang dilakukan
oleh komite sekolah guna mewujudkan sarana dan prasarana yang memadai, guna
terlaksananya aktivitas yang maksimal di SD Negeri 001 Sengatta Utara Kecamatan
Sengatta Utara Kabupaten Kutai Timur.
b. Manfaat
Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu
menunjang dan mendukung penelitian sejenis di masa mendatang. Memberikan
informasi kepada masyarakat luar tentang SD Negeri 001 Sengatta Utara Kecamatan
Sengatta Utara Kabupaten Kutai Timur.
E.
Tinjauan Pustaka
Penelitian yang dilakukan
oleh Lavy Victor di Jerussalem, yang berjudul Evaluating the Effect of Teacher’s group performance incentives on
pupil Achievement mengetengahkan tentang penilaian dampak-dampak kinerja kelompok
kerja guru bagi keberhasilan siswa pada tahun 2002 menjelaskan bahwa penggunaan
insentif kinerja guru secara umum telah menjadi pusat perhatian. Meskipun
demikian masih sedikit pengalaman dalam menerapkan insentif di sekolah
tersebut. Penelitian ini memberikan bukti terhadap dampak-dampak serta akibat
dari program yang dilaksanakan sekolah. Dengan demikian perlu diperhatikan
beberapa langkah lanjutan. Kinerja sekolah terhadap dua program yang dilaksanakan
tersebut tidak dilakukan secara acak tetapi lebih mengarah kepada faktor
pemberian insentif keuangan dan kesepakatan bersama. Kesimpulan empiris
menunjukkan bahwa pemberian insentif keuangan pada kelompok kerja guru dapat
menyebabkan munculnya beberapa dimensi hasil belajar siswa. Dengan demikian
sekolah yang memiliki sumber daya keuangan yang lebih besar akan mampu
mengembangkan sekolahnya. Meskipun demikian, perbandingan tersebut lebih
didasarkan pada biaya menyeluruh mengenai interfensi insentif kepada guru.
Penelitan lain dilakukan
oleh John Jones dan Don Darshi Desaram tentang kualitas sistem belajar mengajar
ditinjau dari sudut pandang guru, sebuah studi kasus di Hongkong. Penelitian
ini dilakukan pada tahun 2005 dan
menjelaskan bahwa proses kualitas belajar mengajar yang dilakukan di Hongkong
akhir-akhir ini lebih mengedepankan pada kualitas kerja pendidikan. Penelitian
ini menganalisis bagaimana, dari sudut pandang guru di salah satu di
universitas di Hongkong, mengenai niat mereka dalam bekerja dan sistem kualitas
yang berhubungan dengan kinerja karyawan sendiri. Insidensi kritis yang
dilakukan berdasarkan survei menunjukkan bahwa perubahan-perubahan yang
dianggap berguna harus diberlakukan. Meskipun demikian beberapa langkah
penyelesaian masalah harus dititikberatkan pada filosofi pembelajaran yang
secara umum bertujuan untuk memperoleh kualtias pembelajaran itu sendiri.
Kedua, membangun sebuah penyesuaian diri terhadap sistem dengan memberikan
fleksibilitas maksimal kepada guru untuk menterjemahkan aktivitas-aktivitas
yang masih hambar. Ketiga, memberikan toleransi kepada guru dan kelompok kerja
guru dalam mengantisipasi segala kemungkinan yang mungkin terjadi. Sedangkan
yang keempat adalah mengembangkan budaya percaya diantara staff dan manajemen.
Penelitian G. Srikanthann di
Melbourne (Australia) yang berjudul Developing a
Holistic Model for Quality in Higher Education menjelaskan mengenai pengembangan model
holistik pada kualitas pendidikan tinggi pada tahun 2002 menejelaskan bahwa
kesesuaian antara penerapan model manajemen kualitas pada bidang industri di
jenjang pendidikan tinggi belum dianggap baik. Masih
terdapat pemisahan pelayanan fungsi pendidikan dengan kriteria-kriteria
khusus. TQM merupakan sebuah model yang sesuai dengan pelayanan sebelumnya.
Lanjutnya, sejumlah model pembelajaran justru diberlakukan sedangkan
efektifitas model dalam menerapkan elemen-elemen inti harus disesuaikan. Budaya
khusus yang saat ini diberlakukan lebih banyak berhubungan dengan birokrasi dan
manajemen konflik dijelaskan bahwa sebuah perilaku organisasi yang ideal harus
ditujukan langsung pada kualitas nilai pendidikan tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Merja Karkkainen pada tahun 2000 di Finlandia dengan judul ”Team as Network Builders: analysing network contact in Finish
elementary school teacher teams” menjelaskan
mengenai tim sebagi sebuah pendiri jaringan kerja, sebuah analisis mengenai
keterkaitan jaringan dalam sebuah tim pada jenjang pendidikan dasar. Penelitian
ini menguji dua tim guru pada jenjang pendidikan dasar dalam menganalisis
usaha-usaha mereka dalam membangun keterkaitan jaringan yang merupakan dasar
pemikiran sekolah. Keterkaitan jaringan dianalisis pada proses perencanaan dan
implementasi kurikulum. Dengan demikian maka diperlukan sebuah pemahaman
bersama mengenai tipe-tipe kurikulum yang diteliti. Penelitian ini didasarkan
pada tiga tipe data yaitu data berupa wawancara dengan guru, pembahasan dan
pertemuan dengan tim, dan pemerolehan data berdasarkan peristiwa di kelas.
Berdasarkan sudut pandang teori aktivitas budaya historis penelitian ini
menunjukkan bagaimana seorang guru bekerja sebgai sebuah bentuk keterkaitan
antar jaringan. Tim guru dalam penelitian ini dibangun dalam lingkup sekolah
sebagai sebuah bentuk jaringan umum. Tim pertama meneliti apakah terdapat
keterkaitan antara budaya yang terjadi di rumah dan di luar. Sedangkan penemuan
metode penelitian menunjukkan adanya tingkat singifikansi yang tinggi dalam
menggunakan tiga tipe data yang disesuaikan dengan jaringan kerja.
Penelitian
terakhir yang
dilakukan oleh Michael Fullan dan Nancy Watson pada tahun 2000 di Toronto,
Canada dalam “School-Based
management: reconceptualizing to Improve learning Outcomes” menjelaskan pengujian terhadap pola desentralisasi pendidikan guna mengembangkan kualitas pembelajaran, baik di negara maju maupun negara berkembang. Beberapa
pertanyaan yang muncul nantinya adalah 1) Dalam kondisi apakah sebuah sistem
manajemen berbasis sekolah dapat dijalankan? 2) peranan apakah yang menyebabkan
munculnya peningkatan kualitas manajemen berbasis sekolah.
Berkaca
pada pengalaman reformasi pendidikan di Amerika, paling tidak ada dua aspek
penting yang perlu menjadi titik perhatian di sini. Pertama; perencanaan pembangunan pendidikan
harus bertitik tolak dari suatu penelitian dan penilaian nasional (national assessment) tentang status dan
kondisi pendidikan yang didasarkan pada suatu ukuran kemajuan (benchmark) yang terbuka (accountable), sehingga publik dengan
mudah mengikuti kemajuan pendidikan yang ada. Kedua; perencanaan pembangunan
pendidikan harus memiliki ajang pembahasan (ground)
yang mampu meliput seluruh aspek dan permasalahan pendidikan secara tuntas (exhaustively), dengan ekspektasi yang
terukur, baik secara normatif maupun kuantitatif. Perbandingan ukuran dapat
secara internal ditentukan dengan kriteria tertentu, atau secara eksternal
dibandingkan dengan kemajuan pendidikan negara-negara lain. Pendidikan di
Indonesia harus sedikit terbuka kepada publik, agar orang luar yang tidak tahu
tentang pendidikan mengerti betapa pentingnya sebuah pendidikan. Fasilitas yang
ditawarkan tiap sekolah juga sangat mendukung untuk dapat menarik minat
seseorang untuk masuk sekolah tersebut. Jadi keterbukaan
suatu sekolah kepada masyarakat luar juga sangat penting.
Berdasarkan
beberapa jurnal penelitian yang dijadikan penulis sebagai pembanding dari penelitian
yang saat ini dilakukan di SD Negeri 001
Sengatta Utara Kabupaten Kutai Timur dapat disimpulkan bahwa adanya peran serta
fungsi pada prinsipnya dapat menunjang serta mendukung proses belajar dan
mengajar bila didukung dengan kinerja yang baik dari Komite Sekolah tersebut.
E.
Metode Penelitian
1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan
berdasarkan pada data-data yang sudah di peroleh oleh penulis dan disusun
secara sistematik dan cermat sehingga kemungkinan salah kecil. Penelitian
kualitatif ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis
atau membuat prediksi. Penelitian ini berusaha untuk mengungkap peranan komite
sekolah sehubungan dengan peningkatan sarana dan prasarana di SD Negeri 001
Sengatta Utara Kecamatan Sengatta Utara Kabupaten Kutai Timur. Dengan demikian,
penelitian deskriptif kualitatif ini diharapkan mampu mewakili arah kajian
selanjutnya. Sedangkan jenis penelitian ini adalah etnografi, artinya bahwa
sebagai tulisan atau laporan tentang suatu fenomena atas hasil penelitian
lapangan selama sekian waktu.
Beberapa ahli komunikasi menganggap metode etnografi
penting dalam kajian khalayak untuk mengatasi keterbatasan metode lain yang
menghilangkan konteks sosial tempat proses komunikasi terjadi. Ciri khas kajian
etnografi adalah pada kerja lapangan yang intens dan menuntut perhatian total
dari peneliti terhadap budaya dan kehidupan sehari-hari kelompok masyarakat
atau individu yang menjadi subjek penelitian. Dengan begini peneliti akan ambil
bagian dan turut serta dalam penelitian, apa saja yang terjadi dalam penelitian
peneliti akan tahu. Karena menuntut hasil yang mendalam dan deskriptif, maka
biasanya jumlah informan yang diambil sedikit, kurang lebih 4-5 orang. Perlu
digarisbawahi bahwa penelitian etnografi bukanlah bermaksud untuk mencapai
generalisasi Pendekatan terhadap
fenomena yang diamati, tetapi bagaimana menemukan kebenaran suatu peristiwa
dengan tetap mengaitkannya pada konteks yang ada.
Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dan berdasarkan karakteristik data dan tempat penelitian maka
penelitian kualitatif ini mendasarkan pada pendekatan etnografi dalam
pemerolehan datanya Spradle Menjelaskan ciri-ciri khas dari metode penelitian
lapangan etnografi ini adalah sifatnya yang holistik integratif, thick-description, dan analisis
kualitatif dalam rangka mendapatkan native’s
point of view.
2.
Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam
penelitian adalah segala subjek darimana data dapat diperoleh. Apabila peneliti
menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber
data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis atau lisan.[5]
sumber data dalam penelitian ini adalah warga sekolah di SD Negeri 001 Sengatta
Utara Kecamatan Sengatta Utara dan para anggota komite sekolahnya.Dengan
melakukan wawancara langsung peneliti dapat mengambil kesimpulan dari hasil
wawancara tersebut.
3.
Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu tahapan
dalam metodologi penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data, dalam
penelitian kualitatif secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua cara, yaitu
teknik pengumpulan data yang bersifat interaktif dan noninteraktif. Metode interaktif, meliputi
wawancara mendalam, observasi berperan. Sedang yang non interaktif meliputi
catatan dokumen atau arsip dan observasi tak berperan. Adapun metode pelengkap yang penulis gunakan adalah:
a. Metode observasi
Observasi sebagai metode pengumpul data, digunakan dengan jalan
mengamati, mencatat gejala-gejala yang diselidiki. Pengamatan ini dapat dilaksanakan langsung
dan secara tidak langsung. Langsung dating ke tempat penelitian dengan harapan
dapat mendapatkan informasi langsung sesuai dengan yang dibutuhkan.
Sutopo[6]
mengatakan teknik digunakan untuk menggali data dari sumber dat yang berupa
Peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Observasi dapat
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada Observasi langsung
dapat dilakukan dengan mengambil peran atau tidak berperan. Sedangkan dalam penelitian ini, penulis langsung melakukan
observasi di tempat penelitian berlangsung yaitu di SDN 001 Sengatta Utara.
b. Metode
Wawancara (Interview)
Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk
menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi,
peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atu persepsi,
tingkat dan bentuk keterlibatan, dan sebagainya, untuk merekonstruksi beragam
hal seperti itu sebagai bagian dari pengalaman masa lampau, dan memproyeksikan
hal-hal itu dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan
datang.[7]
Menurut Sugiyono[8] wawancara digunakan
sebagai Teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
Pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri
atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau
keyakinan pribadi.
Berdasarkan dua pendapat di atas maka interview dapat dikatakan sebagai
proses tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara face to face dan langsung agar lebih
spesifik. Sedangkan interview yang
penulis gunakan interview terpimpin ; yaitu interview yang dijalankan oleh
interviewer dengan mempersiapkan pokok-pokok persoalan yang akan ditanyakan
antara apa yang akan diteliti. Dengan
begitu maka interview akan berjalan lancar dan tidak berantakan karena sudah
terstruktur lebih dahulu.
Dalam penelitian ini, penulis
akan melakukan wawancara dengan kepala sekolah, jajaran komite, dan beberapa
guru sekolah sehubungan dengan upayanya dalam meningkatkan sarana dan prasarana
di SD Negeri 001 Sengatta Utara Kecamatan Sengatta Utara Kabupaten Kutai Timur
dan pihak lain yang dianggap mampu memberikan sumbangan data dalam mendukung
penelitian ini.
4.
Teknik Analisis Data
Hasil penelitian merupakan penelitian kualitatif,
setelah data direduksi,
maka langkah selanjutnya
adalah mendispaykan data. Display data dapat dalam bentuk tabel,
grafik, chard dan sejenisnya. Melalui penyajian data
dalam bentuk display, maka
data dapat terorganisir,
tersusun dalam pola
hubungan, sehingga akan
semakin mudah dipahami.
Display data dalam
penelitian ini dilakukan
dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan flowchart. Penyajian data dengan menggunakan teks yang bersifat naratif.
Langkah berikutnya dalam
analisis data adalah
verifikasi yaitu memverifikasi data dan menarik
kesimpulan. Kesimpulan yang diambil
harus didukung oleh data-data yang valid
dan konsisten, sehingga kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan yang
diperoleh merupakan jawaban dari fokus penelitian yang telah dirumuskan
sejak awal dan
dapat berkembang sesuai
dengan kondisi yang
berada di lapangan. Kesimpulan yang
diperoleh juga dapat berupa temuan baru yang belum pernah
ada sebelumnya.
F.
Sistematika
Pelaporan Hasil Penelitian
Uraikan dalam bab dan apa isisnya
per bab tersebut.
[1]Haryadi, et all., Pemberdayaan Komite Sekolah:
Penguatan Kelembagaan Komite Sekolah, (Depdiknas. Dirjen Dikdasmen, 2006), hal. bbbbbbbbb
[2]Dewan Pendidikan Nasional, Acuan
Operasional Dan Indikator Kinerja Komite Sekolah. (Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah), hal. mmmm
[3]Haryadi, H., D. Meirawan dan A.
Rahadi.Pemberdayaan Komite Sekolah: Penguatan
Kelembagaan Komite Sekolah, (Depdiknas Dirjen Dikdasmen, 2006), hal.bbbbbb
[4]Haryadi,
H., A. Tumenggung, dan A. Rahadi, Pemberdayaan Komite Sekolah: Peningkatan Kemampuan
Organisasi Komite Sekolah. (Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, 2006), hal. mmm
[5]Suharsimi
Arikunto, et
all., Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hal.129.
[6]Sutopo,
H.B., Metode Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Sebelas Maret University
Press, 2002), hal. 64.
[7] Loc., Cit. hal. 58
[8] Sugiyono, Metote
Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 317.
Label: Contoh prpposal skripsi
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda