Selasa, 13 Mei 2014

Contoh Proposal Skripsi



BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia dalam perkembangannya telah mengalami perubahan. Hal itu merupakan suatu kewajaran karena pendidikan di Indonesia masih mencari  metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan budayanya. Pengelolaan pendidikan yang ada di Indonesia menganut konsep demokratisasi sebagaimana dituangkan dalam UU Sisdiknas 2003 Bab III tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan (pasal 4) disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa (ayat 1). Karena pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat (ayat 3), serta dengan memberdayakan semua komponen masyarakat, melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Pendidikan dalam arti luas adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan pada diri seseorang tiga aspek dalam kehidupannya, yakni pandangan hidup, sikap, dan keterampilan hidup. Dalam kehidupan seseorang harus mempunyai pandangan hidup yang jelas. Bagaimana kehidupannya kelak, itu juga harus dipikirkan karena tanpa pandangan hidup yang jelas seseorang juga tidak akan punya rencana kedepannya nanti bagaimana. Sikap yang dimiliki seseorang mewakili kepribadian orang tersebut, apabila dalam kehidupan sehari-hari dia mempunyai sikap yang baik maka orang-orang di sekitarnya pun akan segan untuk berbuat yang tidak baik. Begitu pula dengan keterampilan hidup,setiap manusia mampunyai kemampuan yang berbeda-beda yang sebenarnya dapat dikembangkan bila dia mau.
Keterampilan yang dimiliki hendaknya dapat digunakan nantinya sesuai dengan apa yang diharapkannya. Mungkin juga ketrampilan itu pula yang nantinya membawa seseorang dalam keberhasilan, karena kita tidak pernah tahu bagaimana nasibnya ke depan. Upaya untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut bisa dilaksanakan di sekolah, luar sekolah dan keluarga. Kegiatan disekolah direncanakan dan dilaksanakan secara ketat dengan prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan di luar sekolah, meski telah memiliki rencana dan program namun pelaksanaannya relatif longgar dengan berbagai pedoman yang lebih fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Pendidikan dalam keluarga dilaksanakan secara informal tanpa tujuan yang dirumuskan secara baku dan tertulis. Pendidikan yang dilakukan di keluarga jangan disamakan dengan pendidikan di sekolah, karena bagaimanapun antara sekolah dengan keluarga berbeda, karena dalam keluarga tidak ada tuntutan yang mengharuskan anak belajar dengan keras hanya perlu pengarahan agar anak mengerti.
Dengan mendasarkan pada konsep pendidikan tersebut, maka sesungguhnya pendidikan merupakan pembudayaan (encultural), suatu proses untuk mentasbihkan seseorang mampu hidup dalam suatu budaya tertentu. Konsekuensi dari pernyataan ini, maka praktik pendidikan harus sesuai dengan budaya masyarakat.
Oleh karena itu pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemampuan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Semua itu sangat perlu karena akan membawa anak didik dalam kehidupan yang keras. Kreativitas anak dalam berkarya juga jangan dibatasi karena akan mematikan bakat anak yang ada di dalamnya. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Pembinaannya pun harus oleh semua guru. Semua guru harus menjadi sosok teladan yang berwibawa bagi para siswanya.  Bila guru saja tidak bisa memberi contoh yang baik maka siapa yang akan dijadikan contoh oleh siswanya. Sosok yang yang berwibawa dan bertanggung jawab akan membuat siswa menghormati gurunya.
Berbeda dengan hal di atas yang akan diketengahkan dalam penelitian ini adalah kelompok yang memiliki keterkaitan dalam kemajuan pendidikan di sekolah. Kelompok yang dibicarakan adalah komite. Meski keberadaannya secara langsung tidak terlihat, namun komite memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap kemajuan sekolah. Sebab mereka berada di luar struktur sekolah namun memiliki hak dalam memajukan sekolah lewat sistem kontrolnya.
Yadi Haryadi sebagai salah satu tim penulis sebuah buku tentang Pemberdayaan Komite Sekolah[1] menjelaskan bahwa dalam paradigma lama, hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dipandang sebagai institusi yang terpisah-pisah. Pihak keluarga dan masyarakat dipandang tabu untuk ikut campur tangan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Apalagi sampai masuk ke wilayah kewenangan proesional para guru. Dewasa ini, paradigma lama ini dalam batas-batas tertentu telah ditinggalkan. Keluarga memiliki hak untuk mengetahui tentang apa saja yang diajarkan oleh guru-guru mereka.
  Dalam paradigma transisional, hubungan keluarga dan sekolah sudah mulai terjalin, tetapi masyarakat belum melakukan kontak dengan sekolah. Dalam paradigma baru (new paradigm), hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat harus terjalin secara sinergis untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan, termasuk untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa di sekolah. Berdasarkan pada penjelasan di atas penulis tertarik untuk meneliti ” Peran Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SD Negeri 001 Sengatta Utara  Kecamatan Sengatta Utara Kabupaten Kutai Timur.”
Penelitian ini saya batasi pada peran komite dalam pandangan paradigma baru, yaitu pihak-pihak sekitar lingkungan sekolah yang berasal dari keluarga peserta didik, sekolah, dan masyarakat luas diberi wadah dalam memberikan aspirasinya untuk memajukan pendidikan di sekolah yang mereka perhatikan dan mereka pedulikan. Wadah tersebut diberi nama dengan istilah komite sekolah. Komite sekolah ini yang akhirnya diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap sekolah dalam hal moril ataupun materil.

B.       Definisi Operasional
Dalam rangka memahami judul penelitian ini , sehingga tidak terjadi bias dalam memahaminya, maka dipandang perlu didefinisikan secara operasional sebagai berikut:
1.    Peran  Komite Sekolah
Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. Nama badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing pendidikan luar sekolah, dewan sekolah, majelis sekolah, majelis madrasah, komite TK, atau nama lain yang disepakati. BP3, komite sekolah dan atau majelis sekolah yang sudah ada dapat memperluas fungsi, peran, dan keanggotaan sesuai dengan acuan.[2]
Komite Sekolah merupakan suatu badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Badan ini bersifat Mandiri, tidak mempunyai hubungan hirarkis dengan sekolah maupun lembaga pemerintah lainnya.[3]
2.    Fungsi komite sekolah
a.       Mendorong orang tua dan masyarakat  berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu pemerataan pendidikan.
b.      Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
c.       Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Komite sekolah dapat berfungsi dengan baik apabila semua elemen-elemen sekolah yang sangat penting, yakni kepala sekolah, pendidik, kurikulum, dan orang tua dapat bekerjasama dengan baik serta dapat melakukan evaluasi kinerjanya secara berkala[4].

C.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan  permasalahan sebagai berikut :
1.    Bagaimanakah Kinerja Komite Sekolah Dasar  Negeri 001 Sengatta Utara Kecamatan Sengatta Utara Kabupaten Kutai Timur?
2.    Bagaimanakah peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah di SDN 001 Sengatta Utara?
3.    Kendala dan solusi apa yang diambil komite dalam meningkatkan mutu sekolah di SDN 001 Sangatta Utara?

D.      Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.    Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan penelitian ini adalah menemukan makna dari deskripsi tentang:
a.    Kinerja Komite Sekolah Dasar  Negeri 001 Sengatta Utara,    Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai timur.
b.    Peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam di SDN 001 Sangatta Utara.
c.    Solusi yang diambil untuk mengatasi kendala yang dihadapi komite sekolah di SDN 001 Sangatta Utara.

2.    Manfaat Peneltian
a.    Manfaat Teoritis
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah semakin meningkatnya kualitas pengelolaan sekolah yang dilakukan oleh komite sekolah guna mewujudkan sarana dan prasarana yang memadai, guna terlaksananya aktivitas yang maksimal di SD Negeri 001 Sengatta Utara Kecamatan Sengatta Utara Kabupaten Kutai Timur.
b.    Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu menunjang dan mendukung penelitian sejenis di masa mendatang. Memberikan informasi kepada masyarakat luar tentang SD Negeri 001 Sengatta Utara Kecamatan Sengatta Utara Kabupaten Kutai Timur.

E.       Tinjauan Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Lavy Victor di Jerussalem, yang berjudul Evaluating the Effect of Teacher’s group performance incentives on pupil Achievement mengetengahkan tentang penilaian dampak-dampak kinerja kelompok kerja guru bagi keberhasilan siswa pada tahun 2002 menjelaskan bahwa penggunaan insentif kinerja guru secara umum telah menjadi pusat perhatian. Meskipun demikian masih sedikit pengalaman dalam menerapkan insentif di sekolah tersebut. Penelitian ini memberikan bukti terhadap dampak-dampak serta akibat dari program yang dilaksanakan sekolah. Dengan demikian perlu diperhatikan beberapa langkah lanjutan. Kinerja sekolah terhadap dua program yang dilaksanakan tersebut tidak dilakukan secara acak tetapi lebih mengarah kepada faktor pemberian insentif keuangan dan kesepakatan bersama. Kesimpulan empiris menunjukkan bahwa pemberian insentif keuangan pada kelompok kerja guru dapat menyebabkan munculnya beberapa dimensi hasil belajar siswa. Dengan demikian sekolah yang memiliki sumber daya keuangan yang lebih besar akan mampu mengembangkan sekolahnya. Meskipun demikian, perbandingan tersebut lebih didasarkan pada biaya menyeluruh mengenai interfensi insentif kepada guru.
Penelitan lain dilakukan oleh John Jones dan Don Darshi Desaram tentang kualitas sistem belajar mengajar ditinjau dari sudut pandang guru, sebuah studi kasus di Hongkong. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2005  dan menjelaskan bahwa proses kualitas belajar mengajar yang dilakukan di Hongkong akhir-akhir ini lebih mengedepankan pada kualitas kerja pendidikan. Penelitian ini menganalisis bagaimana, dari sudut pandang guru di salah satu di universitas di Hongkong, mengenai niat mereka dalam bekerja dan sistem kualitas yang berhubungan dengan kinerja karyawan sendiri. Insidensi kritis yang dilakukan berdasarkan survei menunjukkan bahwa perubahan-perubahan yang dianggap berguna harus diberlakukan. Meskipun demikian beberapa langkah penyelesaian masalah harus dititikberatkan pada filosofi pembelajaran yang secara umum bertujuan untuk memperoleh kualtias pembelajaran itu sendiri. Kedua, membangun sebuah penyesuaian diri terhadap sistem dengan memberikan fleksibilitas maksimal kepada guru untuk menterjemahkan aktivitas-aktivitas yang masih hambar. Ketiga, memberikan toleransi kepada guru dan kelompok kerja guru dalam mengantisipasi segala kemungkinan yang mungkin terjadi. Sedangkan yang keempat adalah mengembangkan budaya percaya diantara staff dan manajemen.
Penelitian G. Srikanthann di Melbourne (Australia) yang berjudul Developing a Holistic Model for Quality in Higher Education menjelaskan mengenai pengembangan model holistik pada kualitas pendidikan tinggi pada tahun 2002 menejelaskan bahwa kesesuaian antara penerapan model manajemen kualitas pada bidang industri di jenjang pendidikan tinggi belum dianggap baik. Masih  terdapat pemisahan pelayanan fungsi pendidikan dengan kriteria-kriteria khusus. TQM merupakan sebuah model yang sesuai dengan pelayanan sebelumnya. Lanjutnya, sejumlah model pembelajaran justru diberlakukan sedangkan efektifitas model dalam menerapkan elemen-elemen inti harus disesuaikan. Budaya khusus yang saat ini diberlakukan lebih banyak berhubungan dengan birokrasi dan manajemen konflik dijelaskan bahwa sebuah perilaku organisasi yang ideal harus ditujukan langsung pada kualitas nilai pendidikan tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Merja Karkkainen pada tahun 2000 di  Finlandia dengan judul ”Team as Network Builders: analysing network contact in Finish elementary school teacher teams menjelaskan mengenai tim sebagi sebuah pendiri jaringan kerja, sebuah analisis mengenai keterkaitan jaringan dalam sebuah tim pada jenjang pendidikan dasar. Penelitian ini menguji dua tim guru pada jenjang pendidikan dasar dalam menganalisis usaha-usaha mereka dalam membangun keterkaitan jaringan yang merupakan dasar pemikiran sekolah. Keterkaitan jaringan dianalisis pada proses perencanaan dan implementasi kurikulum. Dengan demikian maka diperlukan sebuah pemahaman bersama mengenai tipe-tipe kurikulum yang diteliti. Penelitian ini didasarkan pada tiga tipe data yaitu data berupa wawancara dengan guru, pembahasan dan pertemuan dengan tim, dan pemerolehan data berdasarkan peristiwa di kelas. Berdasarkan sudut pandang teori aktivitas budaya historis penelitian ini menunjukkan bagaimana seorang guru bekerja sebgai sebuah bentuk keterkaitan antar jaringan. Tim guru dalam penelitian ini dibangun dalam lingkup sekolah sebagai sebuah bentuk jaringan umum. Tim pertama meneliti apakah terdapat keterkaitan antara budaya yang terjadi di rumah dan di luar. Sedangkan penemuan metode penelitian menunjukkan adanya tingkat singifikansi yang tinggi dalam menggunakan tiga tipe data yang disesuaikan dengan jaringan kerja.
Penelitian terakhir yang dilakukan oleh Michael Fullan dan Nancy Watson pada tahun 2000 di Toronto, Canada dalam “School-Based management: reconceptualizing to Improve learning Outcomes” menjelaskan pengujian terhadap pola desentralisasi pendidikan guna mengembangkan kualitas pembelajaran, baik di negara maju maupun negara berkembang. Beberapa pertanyaan yang muncul nantinya adalah 1) Dalam kondisi apakah sebuah sistem manajemen berbasis sekolah dapat dijalankan? 2) peranan apakah yang menyebabkan munculnya peningkatan kualitas manajemen berbasis sekolah.
Berkaca pada pengalaman reformasi pendidikan di Amerika, paling tidak ada dua aspek penting yang perlu menjadi titik perhatian di sini. Pertama; perencanaan pembangunan pendidikan harus bertitik tolak dari suatu penelitian dan penilaian nasional (national assessment) tentang status dan kondisi pendidikan yang didasarkan pada suatu ukuran kemajuan (benchmark) yang terbuka (accountable), sehingga publik dengan mudah mengikuti kemajuan pendidikan yang ada. Kedua; perencanaan pembangunan pendidikan harus memiliki ajang pembahasan (ground) yang mampu meliput seluruh aspek dan permasalahan pendidikan secara tuntas (exhaustively), dengan ekspektasi yang terukur, baik secara normatif maupun kuantitatif. Perbandingan ukuran dapat secara internal ditentukan dengan kriteria tertentu, atau secara eksternal dibandingkan dengan kemajuan pendidikan negara-negara lain. Pendidikan di Indonesia harus sedikit terbuka kepada publik, agar orang luar yang tidak tahu tentang pendidikan mengerti betapa pentingnya sebuah pendidikan. Fasilitas yang ditawarkan tiap sekolah juga sangat mendukung untuk dapat menarik minat seseorang untuk masuk sekolah tersebut. Jadi keterbukaan suatu sekolah kepada masyarakat luar juga sangat penting.
Berdasarkan beberapa jurnal penelitian yang dijadikan penulis sebagai pembanding dari penelitian yang saat ini dilakukan di SD Negeri 001 Sengatta Utara  Kabupaten Kutai Timur dapat disimpulkan bahwa adanya peran serta fungsi pada prinsipnya dapat menunjang serta mendukung proses belajar dan mengajar bila didukung dengan kinerja yang baik dari Komite Sekolah tersebut.



 
E.       Metode Penelitian
1.         Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan berdasarkan pada data-data yang sudah di peroleh oleh penulis dan disusun secara sistematik dan cermat sehingga kemungkinan salah kecil. Penelitian kualitatif ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Penelitian ini berusaha untuk mengungkap peranan komite sekolah sehubungan dengan peningkatan sarana dan prasarana di SD Negeri 001 Sengatta Utara Kecamatan Sengatta Utara Kabupaten Kutai Timur. Dengan demikian, penelitian deskriptif kualitatif ini diharapkan mampu mewakili arah kajian selanjutnya. Sedangkan jenis penelitian ini adalah etnografi, artinya bahwa sebagai tulisan atau laporan tentang suatu fenomena atas hasil penelitian lapangan selama sekian waktu.
Beberapa ahli komunikasi menganggap metode etnografi penting dalam kajian khalayak untuk mengatasi keterbatasan metode lain yang menghilangkan konteks sosial tempat proses komunikasi terjadi. Ciri khas kajian etnografi adalah pada kerja lapangan yang intens dan menuntut perhatian total dari peneliti terhadap budaya dan kehidupan sehari-hari kelompok masyarakat atau individu yang menjadi subjek penelitian. Dengan begini peneliti akan ambil bagian dan turut serta dalam penelitian, apa saja yang terjadi dalam penelitian peneliti akan tahu. Karena menuntut hasil yang mendalam dan deskriptif, maka biasanya jumlah informan yang diambil sedikit, kurang lebih 4-5 orang. Perlu digarisbawahi bahwa penelitian etnografi bukanlah bermaksud untuk mencapai generalisasi Pendekatan terhadap fenomena yang diamati, tetapi bagaimana menemukan kebenaran suatu peristiwa dengan tetap mengaitkannya pada konteks yang ada.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan berdasarkan karakteristik data dan tempat penelitian maka penelitian kualitatif ini mendasarkan pada pendekatan etnografi dalam pemerolehan datanya Spradle Menjelaskan ciri-ciri khas dari metode penelitian lapangan etnografi ini adalah sifatnya yang holistik integratif, thick-description, dan analisis kualitatif dalam rangka mendapatkan native’s point of view.
2.         Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah segala subjek darimana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis atau lisan.[5] sumber data dalam penelitian ini adalah warga sekolah di SD Negeri 001 Sengatta Utara Kecamatan Sengatta Utara dan para anggota komite sekolahnya.Dengan melakukan wawancara langsung peneliti dapat mengambil kesimpulan dari hasil wawancara tersebut.
3.         Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu tahapan dalam metodologi penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data, dalam penelitian kualitatif secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua cara, yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat interaktif dan  noninteraktif. Metode interaktif, meliputi wawancara mendalam, observasi berperan. Sedang yang non interaktif meliputi catatan dokumen atau arsip dan observasi tak berperan. Adapun metode pelengkap yang penulis gunakan adalah:
a.    Metode observasi
Observasi sebagai metode pengumpul data, digunakan dengan jalan mengamati, mencatat gejala-gejala yang diselidiki. Pengamatan ini dapat dilaksanakan langsung dan secara tidak langsung. Langsung dating ke tempat penelitian dengan harapan dapat mendapatkan informasi langsung sesuai dengan yang dibutuhkan.
Sutopo[6] mengatakan teknik digunakan untuk menggali data dari sumber dat yang berupa Peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada Observasi langsung dapat dilakukan dengan mengambil peran atau tidak berperan. Sedangkan dalam penelitian ini, penulis langsung melakukan observasi di tempat penelitian berlangsung yaitu di SDN 001 Sengatta Utara.
b.    Metode Wawancara (Interview)
Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atu persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan, dan sebagainya, untuk merekonstruksi beragam hal seperti itu sebagai bagian dari pengalaman masa lampau, dan memproyeksikan hal-hal itu dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan datang.[7]
Menurut Sugiyono[8] wawancara digunakan sebagai Teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi Pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
Berdasarkan dua pendapat di atas maka interview dapat dikatakan sebagai proses tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara face to face dan langsung agar lebih spesifik.  Sedangkan interview yang penulis gunakan interview terpimpin ; yaitu interview yang dijalankan oleh interviewer dengan mempersiapkan pokok-pokok persoalan yang akan ditanyakan antara apa yang akan diteliti. Dengan begitu maka interview akan berjalan lancar dan tidak berantakan karena sudah terstruktur lebih dahulu.
Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan wawancara dengan kepala sekolah, jajaran komite, dan beberapa guru sekolah sehubungan dengan upayanya dalam meningkatkan sarana dan prasarana di SD Negeri 001 Sengatta Utara Kecamatan Sengatta Utara Kabupaten Kutai Timur dan pihak lain yang dianggap mampu memberikan sumbangan data dalam mendukung penelitian ini.
4.         Teknik Analisis Data
Hasil penelitian merupakan penelitian kualitatif, setelah  data  direduksi,  maka  langkah  selanjutnya  adalah  mendispaykan data.  Display data dapat dalam bentuk tabel, grafik, chard dan  sejenisnya.   Melalui penyajian  data  dalam  bentuk  display, maka  data  dapat  terorganisir,  tersusun  dalam  pola  hubungan,  sehingga  akan  semakin mudah  dipahami. Display  data  dalam  penelitian  ini  dilakukan  dalam  bentuk  uraian  singkat, bagan, hubungan antar kategori dan flowchart.  Penyajian data dengan  menggunakan teks yang bersifat naratif.  
Langkah  berikutnya  dalam  analisis  data  adalah  verifikasi  yaitu  memverifikasi data dan menarik kesimpulan.  Kesimpulan yang diambil harus  didukung oleh data-data yang valid dan konsisten, sehingga kesimpulan yang  dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan yang diperoleh merupakan  jawaban dari  fokus penelitian  yang  telah  dirumuskan  sejak  awal  dan  dapat  berkembang  sesuai  dengan  kondisi  yang  berada  di  lapangan. Kesimpulan  yang  diperoleh  juga  dapat berupa temuan baru yang belum pernah ada sebelumnya.  

F.       Sistematika Pelaporan Hasil Penelitian
Uraikan dalam bab dan apa isisnya per bab tersebut.



[1]Haryadi, et all., Pemberdayaan Komite Sekolah: Penguatan Kelembagaan Komite Sekolah, (Depdiknas. Dirjen Dikdasmen, 2006), hal. bbbbbbbbb
[2]Dewan Pendidikan Nasional, Acuan Operasional Dan Indikator Kinerja Komite Sekolah. (Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah), hal. mmmm
[3]Haryadi, H., D. Meirawan dan A. Rahadi.Pemberdayaan Komite Sekolah: Penguatan Kelembagaan Komite Sekolah, (Depdiknas Dirjen Dikdasmen, 2006), hal.bbbbbb
[4]Haryadi, H., A. Tumenggung, dan A. Rahadi, Pemberdayaan Komite Sekolah: Peningkatan Kemampuan Organisasi Komite Sekolah. (Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, 2006), hal. mmm
[5]Suharsimi Arikunto, et all., Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal.129.
[6]Sutopo, H.B., Metode Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2002), hal. 64.
[7] Loc., Cit. hal. 58
[8] Sugiyono, Metote Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 317.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda